Pendidikan Islam Perspektif Sunan Kalijaga
Sunan Kalijaga memilih kesenian dan kebudayaan sebagai sarana utau media untuk berdakwah. Karena itu, ia sangat toleran pada budaya lokal. Ia berpendapat bahwa masyarakat akan menjauh jika diserang pendiriannya. Oleh karena itu, mereka harus didekati secara bertahap, yaitu mengikuti sambil mempengaruhinya. Sunan Kalijaga berkeyakinan jika Islam sudah dipahami, dengan sendirinya kebiasaan lama hilang.
A. TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM
Pendidikan pada masa Walisongo (khususnya pada masa Sunan Kalijaga) bertujuan untuk mengislamkan nusantara melalui berbagai cara, khususnya kesenian.
B. PENDIDIK
Sunan Kalijaga adalah sebutan yang diberikan kepada Raden Sahid, putra dari Tumenggung Wilwatikta, Bupati Tuban. Tumenggung Wilwatikta adalah keturunan Ranggalawe seorang patih dari Kerajaan Mojopahit yang sudah beragama Islam dan berganti nama Raden Sahur, sedangkan Ibunya bernama Dewi Nawangrum. Ini adalah asal usul Sunan Kalijaga dikaitkan berdasarkan cerita Jawa, sedangkan cerita yang berasal dari Arab menyebutkan bahwa Sunan Kalijaga adalah keturunan yang berasal dari keluarga nabi Muhammad SAW yang berdasarkan silsilah bermula dari keturunan Abdul Muthalib (nenek moyang nabi Muhammad saw) yang mempunyai putra Abbas, berputra Abdul Wakhid, berputra Mudzakir, berputra Abdullah, berputra Madhra’uf, berputra Hasanudin hingga berputra Abdur Rakhim (Aria Teja, Bupati Tuban), berputra Tumenggung Wilwatikta dan berakhir pada Raden Sahid (Sunan Kalijaga).
C. PESERTA DIDIK
Pengajaran Islam yang dilakukan para wali beserta para ulama dan umara di tanah Jawa diterima secara luas. Para bangsawan, agamawan, budayawan dan kawula di pedesaan berbondong-bondong berguru kepada wali sanga. Para raja Jawa yang menjadi murid wali sanga di antaranya Sultan Demak, Sultan Pajang dan Sultan Mataram.
Pendekatan dan media yang dipergunakan Sunan Kalijaga dalam berdakwah, maka dapat dengan mudah dipahami bila dakwah tersebut sangat efektif dan cukup berhasil menarik banyak penduduk setempat memeluk Islam, juga terhadap beberapa adipati di Jawa memeluk Islam melalui dakwah Sunan Kalijaga, diantaranya adalah Adipati Pandanarang, Kartasura, Kebumen, Banyumas, serta Pajang, sekarang kotagede Yogyakarta.
Sebagai penyeru agama, Sunan Kalijaga termasyur ke mana-mana. Ia seorang mubalig keliling yang daerah operasinya sangat luas. Pengikutnya tidak terbatas pada satu dua golongan saja. Banyak kaum bangsawan serta kaum cendikiawan yang tertarik kepada tablignya, karena dalam berdakwah ia amat pandai menyesuaikan diri dengan keadaan. Ia berusha mengawinkan adat istiadat Jawa dengan kebudayan Islam, dan menjadikannya media untuk meluaskan syiar Islam.
D. KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM
Ajaran Sunan Kalijaga terkesan sinkretis dalam mengenalkan Islam, sebab dalam menjalankan dakwahnya, ia menggunakan seni ukir, wayang, gamelan, serta seni suara suluk sebagai sarana dakwah. Dialah pencipta baju takwa, perayaan sekatenan, grebeg maulud, Layang Kalimasada, lakon wayang petruk jadi raja.Lanskap pusat kota berupa Kraton, alun-alun dengan dua beringin serta masjid diyakini sebagai karya Sunan Kalijaga.
E. LINGKUNGAN BELAJAR PENDIDIKAN ISLAM
Peran Sunan Kalijaga dalam berdakwah tampak dalam berbagai kegiatan, baik kegiatan agama secara langsung ataupun dalam pemerintahan dan kegiatan seni budaya. Kegiatan yang berkenaan dengan keagamaan, sebagaimana banyak disebut dalam naskah Babad tanah Jawi adalah kegiatan Sunan Kalijaga bersama-sama Wali yang lain mendirikan Masjid Agung Demak. Tujuan pembangunan Masjid Agung Demak selain menjadi sarana peribadatan juga dipakai sebagai pusat kegiatan dakwah.
0 komentar