Pendidikan pada Kerajaan Mogul
Kerajaan Mogul (Moghal) di India berdiri seperempat abad sesudah berdirinya Kerajaan Safawi. Dengan demikian, di antara ketiga kerjaan besar Islam tersebut, kerajaan inilah yang berbungsu (muda). Pendiri kerajaan ini, adalah Zahiruddin Babur (1428 - 1530) cucu dari Timur Leuk, dan Delhi sebagai ibukota kerajaan. Kekuasaan Moghai membujur dari perbatasan India di sebelah Timur sampai keperbatasan Syria di sebalah barat. Dan di celah-celah itu pernah turunan Persia dan turunan Arab masing-masing menguasai Persia dan Irak dalam waktu yang relatif singkat.
A. TUJUAN PENDIDIKAN
Pendidikan pada masa Kerajaan Safawi bertujuan untuk mengembangkan kegiatan pendidikan disegala bidang keilmuan dan kebahasaan (seni budaya tidak terlalu berkembang).
B. KURIKULUM
Kegiatan pendidikan pada Kerajaan Mogul mengalami dua fase, yaitu fase klasik dan fase modernitas. Pada fase klasik, kemajuan pendidikan jauh lebih kompleks, khususnya dalam bidang intelektual, baik ilmu keagamaan, politik, peradaban dan kebudayaan seperti bidang ilmu pengetahuan dan filsafat.
Namun dalam fase modern, ilmu keagamaan, umat Islam hanya melakukan taklid kepada iman-iman besar yang lahir pada masa klasik Islam. Sehingga tidak nampak adanya ijtihad mutlak, dalam artian hasil pemikiran yang bebas mandiri dan kalaupun ada mujtahid - maka, ijtihadnya berada dalam biasa batas mazhab tertentu (ijtihad fil al mazhab).
Diantara kegiatan keilmuan yang menonjol pada zaman klasik Moghal adalah ilmu hadis, ilmu-ilmu al-Qur'an, tasawuf, al-thib, ilmu filsafat, ilmu pasti/ilmu binatang, ilmu tabi'yat (ilmu hewan, ilmu alam), ilmu kemiliteran (peperangan). Ilmu berburu dan kecakapan berkuda, serta ilmu politik dan kenegaraan.
Demikian pula ilmu-ilmu kebahasaan menonjol pada saat itu, sekalipun para pengarangnya kebanyakan mensyarahkan kitab-kitab terdahulu, yang telah tersebar luas sampai dewasa ini, terutama kamus-kamus Arab, seperti LisanulArab, al-Qomus al-Fiyar, dan lain-lain. Pakar bahasa yang sangat terkenal pada waktu itu, salah satu di antaranya Ibnu Malik al-Taiy (600 - 672 H), kitabnya yang sangat terkenal Al-Fiyah Ibnu Malik.
Akan tetapi dalam kehidupan seni budaya, mereka tidak begitu menonjol, seperti seni puisi, prosa, seni suara, seni rupa, seni pahat, seni lukis, karena disamping mereka tidak diberi peluang atau tempat yang layak oleh para pembesar negara, mereka juga terpukul dengan pendapat yang mengharamkan patung.
C. LEMBAGA PENDIDIKAN
Pada masa gerakan mujahidin yang dicetuskan oleh Syah Waliyullah di abad ke 18 yang kemudian diteruskan oleh anaknya Syah Abd. Azis (1475 - 1823) ke generasi selanjutnya. Nampaklah kegiatan pendidikan semakin besar akibat majunya peradaban Barat yang telah mulai dirasakan orang India, baik yang beragama Islam maupun yang beragama Hindu. Sehingga perhatian pemuka-pemuka.
Gerakan Mujahidin dalam sektor pendidikan semakin ditingkatkan pada tahun 1857. Diantara pemuka gerakan itu adalah Maulana Muhammad Qasmin Nantawi dan Maulanan Muhammad Ishak (cucu Syah Abd. Azis). Mereka ini telah berusaha mendirikan perguruan tinggi agama dengan nama Darul Ulum Ocoband, yang pada mulanya suatu madrasah kecil di Deoband.
Darul ulum inilah yang kemudian melahirkan ulama-ulama besar India, dan melalui ulama-ulama besar itu Deoband mempunyai pengaruh besar terhadap masyarakat Islam India, terutama kaum awamanya.
Kedudukan Deoband ini sama dengan kedudukan Al-Azhar di Mesir. Di perguruan ini, ditonjolkan ide-ide Syah Wahyulah, yaitu diutamakan pemurnian taughid yang dianut umat Islam India dari paham-paham tarekat salah dari kenyakinan aminisme lama. Yang kedua, pemurnian keagamaan mereka dari segala macam bid'ah. Sebenarnya yang ingin diwujudkan Deoband ialah Islam murni sebagaimana pada masa Nabi, sahabat, tabiin, dan sesudahnya. Untuk mempertahankan semua itu Deoband berpegang teguh pada tradisi lama dan mazhab Hanafi.
Perguruan Deoband itu didirikan untuk melawan kekuasaan Inggris dan untuk menentang pendidikan sekuler Barat yang dibawa Inggris dan juga sebagai reaksi terhadap usaha misi Kristen yang datang ke India bersama Inggris.
0 komentar